Rabu, 26 November 2008

ThE SEcOnDs Of tEtralOgie-nYa ^^LASKAR PELANGIE^^


Edensor adalah novel ketiga karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada bulan Agustus tahun 2007.

Berbeda dengan setting cerita Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, Edensor mengambil setting di luar negeri saat tokoh-tokoh utamanya, Ikal dan Arai mendapat beasiswa untuk sekolah di Inggris dan Perancis. Dalam novel Edensor, Andrea semakin mapan dengan ciri khasnya, mengelola kisah ironi menjadi parodi dan menertawakan kesedihan dengan berbalut pandangan-pandangan yang penuh intelegensia tentang culture shock ketika kedua tokoh utama tersebut yang berasal dari pedalaman Melayu di Pulau Belitong tiba-tiba berada di Paris. Seperti novel-novel Andrea sebelumnya Edensor memiliki kekuatan filosofis yang menebarkan semangat dan inspirasi bagi pembacanya.

T3TR4LO6I -1 L4SK4R P3L4N6IE



Sang Pemimpi adalah sebuah lantunan kisah kehidupan yang mempesona yang akan membuat anda percaya akan tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan pengorbanan, lebih dari itu, akan membuat anda percaya kepada Tuhan. Andrea akan membawa Anda berkelana menerobos sudut-sudut pemikiran dimana Anda akan menemukan pandangan yang berbeda tentang nasib, tantangan intelektualitas, dan kegembiraan yang meluap-luap, sekaligus kesedihan yang mengharu biru.

Tampak komik pada awalnya, selayaknya kenakalan remaja biasa, tapi kemudian tanpa Anda sadari kisah dan karakter-karakter dalam buku ini lambat laun menguasai Anda. Karena potret-potret kecil yang menawan akan menghentakkan Anda pada rasa humor yang halus namun memiliki efek filosofis yang meresonansi. Karena arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita yang gagah berani dalam kisah dua orang tokoh utama buku ini, Arai dan Ikal, akan menuntun Anda dengan semacam keanggunan dan daya tarik agar Anda dapat melihat ke dalam diri sendiri dengan penuh pengharapan, agar Anda menolak semua keputusasaan dan ketakberdayaan Anda sendiri.

“Kita tak ‘kan pernah mendahului nasib!” teriak Arai

“Kita akan sekolah ke Prancis, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika! Apa pun yang terjadi!”

TENTANG PENULIS

Andrea Hirata Seman adalah si Ikal yang diceritakan dalam buku ini. Ia berpendidikan S1 dari Universitas Indonesia dan S2 dari Sheffield Hallam University (SHU), Inggris. Ia sempat melakukan riset di Université de Paris, Sorbonne, Prancis dan risetnya itu, yang juga dikisahkan dalam buku ini, mendapat penghargaan khusus dari SHU. Hasil riset tersebut telah ditulis Andrea dalam buku berbahasa Inggris dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Andrea lahir di Belitong dan sampai saat ini masih bekerja di kantor pusat PT Telkom di Bandung.

LHASKAR PELANGI

Pengadaptasian novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ke layar lebar oleh Miles Film, kini tengah memasuki tahapan produksi. Dan sudah dipastikan oleh Mira Lesmana selaku produser film ini bahwa, akan ada perbedaan di antara novel dan filmnya. Dengan kata lain, ada hal-hal yang tidak terdapat di novel namun ada di film, dan ada hal yang tidak terdapat di film, namun ada di dalam novel.

Salah satu perbedaannya adalah adanya penambahan tokoh-tokoh yang tidak ada di novel. “Sebenarnya supaya lebih membantu, karena kalau dalam penulisan skenario itu ada hukum dramanya, dan kita membutuhkan tokoh-tokoh yang bisa mengangkat dramanya,” jelas Mira Lesmana yang ditemui dalam acara press briefieng film Laskar Pelangi beberapa waktu lalu di Jakarta.

Ditambahkan oleh wanita kelahiran Jakarta 8 Agustus 1964 ini, bahwa ia tidak hanya asal memunculkan satu tokoh baru yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan cerita yang ada di novel. “Penambahan tokoh di sini untuk lebih membangkitkan nilai dramanya, dan itu saya coba menampilkan satu tokoh yang merupakan guru dari SDN, sebagai pembanding dengan guru Muhammaddiyah, dan itu akan lebih memperkuat drama,” tutur adik dari musisi Indra Lesmana ini.

Mira memberikan satu contoh lain. Ketika ia berbincang-bincang dengan Bu Mus (seorang guru yang diceritakan di dalam novel), Mira mendapatkan fakta menarik bahwa ternyata SD Muhammaddiyah tersebut bisa tetap berdiri karena bantuan dari seorang dermawan. ”Namanya Pak Zulkarnaen. Diceritakan oleh Bu Mus dia adalah orang yang sering memberikan beras atau apapun, yang di dalam film akan diperankan oleh Slamet Rahardjo, dan ini juga tidak ada di novel,” tambah wanita yang aktif di dalam gerakan MFI ini.
Namun dengan adanya perbedaan di antara novel dan film, Mira mengharapkan setelah orang menonton filmnya, akan tergerak untuk juga membaca novelnya.

SAVE OUR EARTH !!!!



SAVE OUR EARTH FROM GLOBAL WARMING